Foto PM Israel Benjamin Netanyahu (kiri) dan Menteri Kesehatan Israel Yaakov Litzman (kanan), saat memberi keterangan di Kementerian Kesehatan Israel di Yerusalem, 4 Maret 2020.(Ammar Awad/REUTERS)
Ya, menurut survei yang dilakukan Deep Knowledge Ventures bahwa negara orang Yahudi ini dinobatkan sebagai negara paling aman saat pandemi Covid-19 berlangsung.
Deep Knowledge Ventures, adalah perusahaan konsorsium yang berbasis di Hong Kong, memang sudh merilis daftar 40 negara teraman dari virus corona. Deep Knowledge sempat menjadi buah bibir pada 2014, ketika menunjuk AI (Artificial Intelligence) sebagai anggota dewan. Israel memuncaki daftar dengan total skor 632.32 dari 76 kriteria penilaian yang diterapkan.
Dilansir dari Nikkei Asian Review Senin (6/4/2020), beberapa parameter itu di antaranya jumlah kasus virus corona, angka kematian, ukuran geografis dan demografi, kapasitas rumah sakit, dan keahlian medis.
Kemudian kriteria lainnya seperti GovTech atau sistem e-government dan kemampuan pertahanan. Secara keseluruhan Deep Knowledge menilai Israel memiliki keunggulan, setidaknya untuk saat ini sebagai negara teraman di pandemi Covid-19.
Kaminskiy menerangkannya dalam sebuah wawancara, dan menambahkan peringkat dapat berubah dari waktu ke waktu. Singapura berada di posisi kedua pada 1 April, diikuti Hong Kong di peringkat empat, dan Taiwan di posisi kelima.
Sedangkan negara Jepang di urutan keenam, dan Korea Selatan di posisi 10. Lalu pada 12 April susunannya berubah. Peringkat kedua dihuni Jerman dan disusul Korsel di urutan ketiga.
Negara Australia dan China masing-masing berada di posisi 4 dan 5, diikuti Selandia Baru, Taiwan, Singapura, Jepang, dan Hong Kong di 10 besar. Israel sendiri masih mempertahankan posisi puncak. Semua negara-negara itu memiliki sistem perawatan kesehatan yang mumpuni.
Namun Kaminskiy berpendapat, Israel yang telah mengalami perang selama puluhan tahun punya keuntungan ekstra untuk menyegel perbatasan, menggerakkan sumber daya, dan menghadapi setiap ancaman geopolitik yang mungkin timbul dari pandemi.

Dr Arnon Afek yang bekerja di salah satu rumah sakit terbaik Israel berujar, semua sistem di Israel berbicara dalam satu "bahasa".
"Kami bekerja di masa damai untuk mempersiapkan, melakukan latihan, dan memastikan semua sistem kami berbicara dalam satu 'bahasa'." "Semua rumah sakit, layanan darurat, tentara polisi... tahu cara bekerja karena kami melakukannya selama latihan," kata Dr Afek.
Ia dengan hati-hati menambahkan, mereka tidak pernah berlatih menghadapi krisis seperti ini sebelumnya.
Keselamatan tidak berarti kekebalan Kaminskiy mengatakan sektor teknologi yang berkembang baik dan tingkat disiplin sosial dapat menghasilkan tingkat keselamatan yang tinggi.
Namun, keselamatan tidak berarti kekebalan. Total kasus corona di Israel telah melampaui 13.000. Sebagian besar infeksi ringan dan angka kematian mencapai 171 pada Minggu (19/4/2020).
Menteri Kesehatan Yaakov Litzman juga dinyatakan positif corona pada akhir Maret, membuat Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dikarantina untuk kedua kalinya.
Covid-19 di Israel terus menyebar, meski pemerintah menerapkan karantina pada pengunjung dari negara-negara terdampak parah, dan mulai 12 Maret diperluas menjadi sedunia.
Dalam upaya penanganan, pemerintah menutup sekolah, melarang pertemuan lebih dari 10 orang, menyerukan warga untuk tetap di rumah, dan menggunakan pengawasan anti-terorisme berteknologi tinggi untuk melacak kasus.
Kementerian Kesehatan Israel juga memiliki aplikasi multibahasa yang memperingatkan pengguna akan kemungkinan paparan. Meski begitu, kritik tetap dilayangkan masyarakat yang menuntut pemerintah seharusnya lebih siap, dan disiplin publik belum dilakukan menyeluruh.
Dr Eyal Leshem direktur Pusat Pengobatan Perjalanan dan Penyakit Tropis Sheba mengatakan, "Kami cukup yakin langkah-langkah social distancing telah efektif."
"Sekarang pertanyaannya adalah, apakah itu cukup efektif untuk mencegah lonjakan rawat inap dan kematian? Mengenai itu, kami belum tahu."
Kemudian Dr Afek menambahkan, Israel belajar dari Korea Selatan dalam memperbanyak jumlah tes Covid-19. Pelajaran lainnya adalah pemakaian masker.
"Itu salah satu hal yang telah kalian lakukan di China, di Jepang, dan kami harus belajar itu dari kalian. Itu sangat masuk akal."
Nikkei Asian Review mengabarkan, Mossad agen intelijen Israel bulan lalu membeli jutaan masker dan ribuan alat tes Covid-19 dari sumber rahasia, menurut media setempat. Sementara warga Israel baru-baru ini diwajibkan mengenakan masker di tempat umum. (Red)
Posting Komentar